Selasa, 08 Mei 2012

Peristilahan Puisi

Karya sastra terdiri atas dua jenis sastra (genre) yaitu prosa dan puisi. Biasanya prosa disebut juga karangan bebas, sedangkan puisi disebut karangan terikat. Prosa itu karangan bebas berarti bahwa prosa tidak terikat oleh aturan-aturan ketat. Puisi itu karangan terikat berarti puisi itu terikat oleh aturan-aturan ketat. Akan tetapi, pada waktu sekarang, para penyair berusaha melepaskan diri dari aturan yang ketat itu. Dengan demikian, terjadilah kemudian apa yang disebut sajak bebas

PERISTILAHAN PUISI
Dalam kesusastraan Indonesia ada dua istilah sajak dan puisi.Kedua itu sering dicampuradukkan penggunaannya. Misalnya sajak Chairil Anwar disebut juga puisi Chairil Anwar; sajak Aku disebut juga puisi Aku. Masuknya puisi dari bahasa asing ke dalam sastra Indonesia. Istilah ini berasal dari bahasa Belanda poezia. Dalam bahasa Belanda ada istilah lain gedicht yang berarti sajak, tetapi istilah gedicht tidak diambil ke dalam bahasa Indonesia.

Dalam bahasa Indonesia (Melayu) dahulu hanya dikenal satu istilah sajak yang berarti poize ataupun gedicht. Poize (puisi) adalah jenis sastra (genre) yang berpasangan dengan istilah prosa. Gedicht adalah individu karya sastra, dalam bahasa Indonesia sajak, misalnya sajak Aku. Jadi, dalam bahasa Indonesia hanya ada istilah sajak, baik untuk poize maupun gedicht.

Dalam bahasa Inggris ada istilah poetry sebagai istilah jenis sastra : puisi dan poem sebagai individunya. Oleh karena itu, istilah puisi itu sebaliknya dipergunakan sebagai jenis sastra : poetry, sedangkan sajak untuk individu puisi : poem.

Sebagai contoh kita lihat jajaran sajak dari puisi lama dan puisi baru : Angkatan Pujangga Baru

Contoh Syair :

     Putri menangis/seraya berkata,
     Kakanda, wai,/apa bicara kita,
     Sakit perut/rasanya beta,
     Berdebar lenyap/di dalam cita,

     Masygul baginda/tiada terkira,
     Hilanglah budi/lenyap bicara,
     Berkata dengan/perlahan suara,
     Kalau tuan/hendak berputra,
                                                       (Alisjahbana, 1996, hlm. 49)

Contoh sajak Pujangga Baru
             Bukan Beta Bijak Berperi
             Bukan beta/bijak berperi,
      pandai menggubah/madahan syair,
             Bukan beta/budak negeri,
      musti menurut/undangan mair.

             Sarat saraf/saya mungkiri;
      Untaian rangkaian/seloka lama,
             beta buang/beta singkiri,
      Sebab laguku menurut sukma
                                                        (Effendi, 1953, hlm.28)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar