Kamis, 17 Mei 2012

(Al-Qur'an) Memahami ayat-ayat Al Qur'an tentang Anjuran bertoleransi


 Toleransi adalah istilah dalam konteks sosialbudaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya[2].Kata toleransi sebenarnya bukanlah bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan dari bahasa Inggris “tolerance”, yang definisinya juga tidak jauh berbeda dengan kata toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, toleransi adalah quality of tolerating opinions, beliefs, customs, behaviors, etc, different from one’s own[3].Adapun dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan dari kata toleransi adalah سماحة atau تسامح. Kata ini pada dasarnya berarti al-jûd (kemuliaan). atau sa’at al-shadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah, suka memaafkan). Makna ini selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang dada/ terbuka (welcome) dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia[4].
Etika adalah dalam bahasa Yunani “Ethos”, berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal- hal tindakan yang buruk[5].
  1. 2.      Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan.
Berikut ini adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang seruan untuk bertoleransi dan beretika dalam pergaulan.
  1. A.    QS:al kafirun1-6
“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
Surat ini adalah surat makkiyah, surat yang diturunkan pada periode Makkah, meskipun ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa, surat ini turun pada periode Madinah. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa, surat ini adalah surat penolakan (baraa’) terhadap seluruh amal ibadah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan yang memerintahkan agar kita ikhlas dalam setiap amal ibadah kita kepada Allah, tanpa ada sedikitpun campuran, baik dalam niat, tujuan maupun bentuk dan tata caranya. Karena setiap bentuk percampuran disini adalah sebuah kesyirikan, yang tertolak secara tegas dalam konsep aqidah dan tauhid Islam yang murni[6].
Surat al kafirun turun sekaligus sebagai jawaban atas ajakan kaum musyrikin Quarisy kepada nabi Muhammad SAW. Mereka itu, antara lain al-As bin Wail as-Sahim, al-Aswad bin Abdul Muthalib, Umayah bin Khalaf, dan Walid bin Mughirah. Mereka mengajak Nabi Muhammad SAW agar mau sedikit toleran dan berkompromi dengan bergantian dalam menyembah Tuhan. Kaum Musyrikin akan menyembah Tuhan yang di sembah Nabi Muhammad SAW. Dan waktu yang lain, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya di minta untuk menyembah apa yang mereka sembah[7].
Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhid uluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir[8].
Kemudian QS Al-Kafirun ini ditutup dengan pernyataan secara timbal balik, yaitu untukmu agamamu dan untuku agamaku. Dengan demikian, masing-masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya tanpa memaksakan pendapat kepada orang lain dan sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing serta akan dipertanggung jawabkan masing-masing dihadapan Allah. Dengan turunnya ayat ini, Hilanglah harapan orang-orang musyrikin Quraisy yang berusaha membujuk Nabi Muhammad SAW agar bersikap toleran dengan jalan untuk kompromi dalam bidang Aqidah Islam[9].
  1. Q:S Yunus:40-41
“di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan”.
Pada ayat ke 40 surat Yunus Allah menjelaskan orang yang tidak beriman (kaun Kafir) yang mendustakan Al Qur’an dibagi menjadi dua. Pertama golongan yang benar-benar mempercayai dengan iktikad baik terhadap Al Qur’an, mereka termasuk orang yang menghormati pendapat orang lain. Kedua golongan yang sama sekali tidak mempercayai dan terus menerus di dalam kekafiran, mereka termasuk orang membuat kerusakan.
Pada ayat yang ke 41 surat Yunus “Bagiku pekerjaanku bagi kamu pekerjaan kamu”, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar. Yakni biarlah kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai Allah serta diberi balasan dan ganjaran yang sesuai[10].
  1. Q:S al-Kahfi ayat 29
“dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”.
Ayat ini menegaskan bahwa manusia semua termasuk kaum Musyrikin yang angkuh itu bahwa “ Kebenaran (al-Qura’an) yang turun dan aku sampaikan ini datangnya dari Tuhan yang memelihara alam semesta; maka barang siapa yang mau beriman tentang apa yang kusampaikan ini maka hendaklah ia beriman. Hal demikian sebab keuntungan dan manfaat dari ke imanan mereka akan kembali kepada dirinya sendiri. Dan barang siapa ingin kafir, ingkar dan menolak ayat-ayat Allah,maka biarlah ia kafir – walau sekaya apapun dan tingginya kedudukan seseorang baik dalam jabatan formal maupun sosialnya.Allah SWT tidak akan merasa kerugian dan berkurangnya kekuasanNya dengan kekefiran mereka. Malah sebaliknya, Mereka akan merasa merugi dan celaka dengan keingkaran dan menolak ayat-ayat Allah tersebut. Malahan Allah telah menyedikan neraka yang kobaran apinya mengepung segala arah, Sehingga mereka tidak dapat menghindar.
Kata سرادق terambil dari kata Persia, Ahli tafsir mengartikan kata ini dengan Kemahdan ahli tafsir lain menterjemahkan dengan Penghalang.Yakni neraka menggambarkan bangunan yang mempunyai penghalang berupa kobaran api, sehingga manusia yang disiksa tidak akan bias keluar dari neraka, dan pihak lain pun tidak bias masuk untuk member pertolongan. Dengan demikian yang disiksa benar-benar diliputi oleh api itu[11].
  1. Q:S al-Hujurat 10-13
“10.orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah imandan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Dalam ayat 10 Allah menggunakan kata اخوة bukan kata اخوان . Dari segi kandungan makna ternyata terdapat perbedaan arti antara keduanya, meskipun sama-sama merupakan bentuk jamak dari kata tunggal اخ. Kata اخوة  menunjukan arti saudara sekandung[12]. Sedangkan اخوان berarti teman sejawat. Disini al-Qur’an menganggap persaudaraan dalam satu agama bagaikan persaudaraan dalam satu nasab, dan islamlah sebagai orang tuanya.
Pada ayat 10 Allah menegaskan bahwa orang-orang mukmin adalah bersaudara. Meskipun berbeda bangsa, adat, warna kulit, bahasa, kedudukan, social-ekonomi, tetapi mereka itu satu ikatan persaudaraan islam. Oleh karennya sesame orang mukmin harus mempunyai jiwa persaudaraan yang kokoh sebagaimana diajarkan agamanya yaitu islam.
Kandungan ayat 11 merupakan konsekuensi logis dari makna yang terkandung pada ayat 10. Pada ayat 10 orang mukmin itu bersaudara, maka konsekuensinya orang-orang mukmin tidak boleh saling mengolok-olok. Sebab boleh jadi orang-orang mukmin yang diperolok-olok itu lebih baik dari oarng yang mengolok-olok. Demikian juga orang mukminah.
Olok-olok disini dapat berupa ejekan atau perkataan, sindiran dan kelakar yang bersifat merendahkan diri atau menghinanya. Itu semua dapat menimbulkan pertengkaran atau perkelahian. Oleh karena itu Allah melarang orang-orang mukmin saling memperolok-olok yang lain agar terbina persaudaraan, kesatuan, persatuan dikalangan orang mukmin.
Pada ayat 11 juga orang mukmin dilarang mengolok-olok diri sendiri. Ahli tafsir menjelaskan mengolok-olok diri sendiri maksudnya mengolok sesama mukmin karan antara sesama muslim itu satu tubuh. Begitupun di ayat ini Allah melarang orang mukmin memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau sebutan yang buruk. Yaitu sebutan yang tidak disukai oleh orang yang dipanggil atau digelarinya. Seperti memanggil orang beriman dengan panggilan “hai Fasik” atau “hai Kafir”. Dalam ayat ini Allah memperingatkan kepada orang yang berbuat kesalahan harus segera taubat.
Masih dalam kerangka membina persaudaraan orang-orang mukmin. Dalam ayat 12 Allah melarang orang-orang yang beriman cepat berperasangka. Sebab sebagian perasangka itu adalah dosa, karena itu harus di jauhi. Dalam ayat ini juga Allah melarang oarng mukmin mencari-cari kesalahan orang lain, menggunjing, menceritakan keburukan orang lain (ghibah).Allah menggambarkan orang yang begitu bagaikan seseorang yang makan daging mentah, yang sebenarnya dia sendiri tidak menyukainya.
Al-Qur’an surat al-hujarat ayat 13 menegaskan kepada semua manusia bahwa ia diciptakan Allah dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Menciptakan manusia secara pluralistic, beraneka bangsa, suku, bahasa, budaya dan warna kulit. Keanekaragaman dan kemajemukan manusia seperti itu adalah bukan untuk berpecah belah, saling membanggakan kedudukan, yang satu lebih terhormat dari yang lainnya akan tetapi supaya saling mengenal, bersilaturahmi, berkomunikasi, saling member dan menerima. Suatu hal penting bahwa semua manusia itu sama di hadapan Allah, yang membedakan derajat mereka adalah ketaqwaannya kepada Allah SWT.
  1. 3.      Hadis yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Hadis Pertama
            عَن اَبِي هُرَيرَة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم خَمْسٌ مِنْ حَقِ اْلمُسْلِم عَلى اْلمُسْلِمْ رَدُ التَحِيَةِ وَاِجَابَةُ الدَعْوَةِ وَشُهُودُ الجَنَازَةِ وَعِيَادَةِ المَرِيضِ وَتَشْمِيَتُ الغَاظِسِ اِدَا حَمِدَاللهُ .

Dari Abi Hurairah ra. berkata, Rasullah bersabda:ada lima kewajiban orang islam terhadap orang islam lainnya, yaitu membalas salam, memenuhi undangan, melayat jenazah, menengok orang sakit, dan berdoa bagi orang yang bersin yang memuji Allah (membaca hamdallah).(Ibnu majah)
مفردة
معنى
مفردة
معنى
رَدُ التَحِيَةِ
Menjawab salam
وَاِجَابَةُ الدَعْوَةِ
Dan memenuhi undangan
وَشُهُودُ الجَنَازَةِ
Dan melayat jenazah
وَعِيَادَةِ المَرِيضِ
Dan menengok orang sakit
وَتَشْمِيَتُ الغَاظِسِ
Dan mendoakan orang yang bersin
حَمِدَ
Membaca hamdalah
Dalam hadis di atas Rasullah Saw memberi pelajaran kepada orang-orang islam tentang kewajiban dan haknya dalam pergaulan sehari-hari. Hak dan kewajiban itu antara lain:
1)      Kewajiban membalas salam
Apabila ada orang islam yang memberi salam atau mengucapkan salam, yaitu “assalamu’alaikum” maka orang islam lainnya berkewajiban membalas atau menjawab salam itu. Memberi salam adalah sunah.
2)      Kewajiban memenuhi Undangan
Orang islam apabila diundang oleh orang islam lainnya, wajib memenuhi atau menghadirinya, terutama adalah undangan pernikahan atau walimatul ursy.
3)      Kewajiban Melayat orang islam yang meninggal
Apabila ada orang islam yang meninggal dunia, maka orang islam lainnya berkewajiban melayatnya. Hukumnya adalah wajib kifayah.
4)      Kewajiban mendoakan orang islam yang bengkis
Apabila ada oarng islam bengkis lalu ia mengucapkan “alhamdulilah” maka orang islam yang mendengarkannya berkewajiban mendoakannya dengan mengucapkan doa” Yarhakumullah”.
Perintah yang di pesankan dalam hadis tersebut tampak sangat manusiawi dan sesuai dengan hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam sosialogi bahwa pada kehidupan masyarakat apapun dan dimana pun beradanya sangat memerlukan adanya perilaku yang seimbang diantara anggotanya. Oleh karena itu apa yang di anjurkan hadis tersebut merupakan tata aturan/hukum sosial kemasyarakatan yang sangat indah dan manusiawi. Lebih dari itu etika sosial tadi hukumnya bukan hanya mengandung nilai-nilai budaya luhur, tetapi juga mengandung nilai peribadatan, karena dalam praktiknya banyak mengandung doa guna membesarkan hati, menggembirakan, menentramkan, menghibur orang yang bersangkutan.
Hadis Kedua
مَثَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِهِمْ وَتَرَاحِمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ اْلجَسَدِ اِدَااسْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرِ اْلجَسَدِ بِالسَهَرِ وَاْلحُمَى رواه البخارى والمسلم .

Perumpamaan sesama orang-orang mukmin dalam mencinta, menyayangi, dan merasakan lemah lembut seperti satu tubuh manusia, Jika diantara satu anggotanya merasa sakit maka seluruh tubuh akan merasakan gelisah dan sakit panas.(HR.Bukhori dan Muslim)
معنى
مفردة
معنى
مفردة
Saling mencintai
تَوَادِهِمْ
Perumpamaan
مَثَلُ
Tubuh
اْلجَسَدِ
Saling berlaku lemah lembut
وَتَعَاطُفِهِمْ
Anggota
عُضْوٌ
Mengadu
اسْتَكَى
Semua
سَائِرِ
Mereka
هِمْ
Gelisah
السَهَر
Sakit panas
وَاْلحُمَى
Saling menyayangi
تَرَاحِمِهِمْ
Merasakan
تَدَاعَى
Hadis ini menerangkan tentang etika atau tata pergaulan sosial kemasyarakatan sesama muslim. Dalam hadis ini Rasullalah memberi pelajaran bagaimana hubungan sosial orang-orang islam dengan orang islam lainnya. Cinta kasih sayang dan kemesraan hubungan orang0orang muslim dengan muslim lainnya itu digambarkan oleh Rasulallah SAW ibarat satu tubuh. Dalam hadis ini juga menjelaskan tentang pentingnya solideritas dalam kehidupan antara umat islam.
Kita tahu dan sadar bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dalam kebersamaan. Kebersamaan baru dapat diwujudkan manakala solideritas tercermin dalam kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu anjuran hadist tersebut kepada umat islam untuk mewujudkan solideritas dalam kehidupan antra mereka merupakan ajakan yang positif dan itulah etika pergaulan sesama umat islam.
  1. 4.      Perilaku bertoleransi dan beretika dalam pergaulan dalam Kehidupan Sehari-Hari
  2. QS:al kafirun1-6
    1. Hendaknya setiap mukmin memiliki kepribadian yang teguh dan kuat
    2. Masing- masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang di anggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya
    3. Setiap pemeluk agama akan di mintakan pertanggungan jawabnya di hadapan Allah SWT.
    4. Q:S Yunus:40-41
      1. Setiap orang mukmin harus taat pada Allah dan rasul-Nya
      2. Hendaknya orang mukmin tahu bahwa Allah adalah pemelihara dan pembimbing kita semua.
      3. Orang yang tidak beriman menolak mempercayai nabi Muhammad sebagai rasul Allah dan apa yang dibawanya. Mereka berhak berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah SWT serta di beri balasan dan ganjaran yang sesuai.
      4. Q:S al-Kahfi ayat 29
        1. Nilai kebenaran (haqullah) adalah sesuatu yang pasti dan menjadi harga mati, sebab sumbernya dari Allah SWT yang tidak boleh diubah atau di abaikan.
        2. Keuntungan dan kemanfaatan dari keimanan kita kepada Allah akan kembali kepada diri kita sendiri.
        3. Mereka yang mengingkari dan menolak ayat-ayat Allah akan merugi dan celaka.
        4. Q:S al-Hujurat 10-13
          1. Sesama orang mukmin harus mempunyai jiwa persaudaraan yang kokoh, meskipun berbeda bahas, suku bangsa, adat kebiasaan, tingkat ekonomi-sosial tetapi mereka satu ikatan persaudaraan.
          2. Sesama orang mukmin tidak boleh mengolok-olok, mengejek, menghina satu sama lainnya.
          3. Sesama orang mukmin tidak boleh memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau sebutan yang buruk.
          4. Orang mukmin dilarang berburuk sangka.
          5. Orang mukmin harus mengikuti perintah untuk sadar dan mengakui bahwa disisi Allah SWT semua manusia sama kedudukannya, yang membedakan derajat mereka adalah ketaqwaannya.
          6. Hadis Pertama
            1. Etika pergaulan masyarakat sesama orng islam dilandasi dengan ajaran islam. Tercakup di dalam nilai budaya perlunya berperilaku yang seimbang demi mewujudkan masyarakat yang indah dan menyenangkan.
            2. Sesama orang islam berkewajiban memenuhi hak dan kewajiban mereka masing-masing.
            3. Dalam kehidupan sehari-hari orang islam perlu doa untuk mendoakan sesama demi kesejahteraan mereka sendiri.
            4. Hadis kedua
              1. Kehidupan sosial orang-orang mukmin ibarat satu tubuh.
              2. Orang-orang mukmin harus mempunyai solideritas, ta’awun dan kepedulian sosial terhadap orang-orang mukmin.
Kerjakanlah soal-soal  dibawah ini 
1. Apa yang dimaksud dengan toleransi!
2. Sebutkan surat yang ada dalam al-qur'an yang mengadung bertoleransi?
3. Dalam hadis Rasulullah mengajarkan umatnya dalam pergaulan sehari-hari. Sebutkan 
    kewajiban-kewajiban orang islam dalam pergaulan

Selasa, 08 Mei 2012

Peristilahan Puisi

Karya sastra terdiri atas dua jenis sastra (genre) yaitu prosa dan puisi. Biasanya prosa disebut juga karangan bebas, sedangkan puisi disebut karangan terikat. Prosa itu karangan bebas berarti bahwa prosa tidak terikat oleh aturan-aturan ketat. Puisi itu karangan terikat berarti puisi itu terikat oleh aturan-aturan ketat. Akan tetapi, pada waktu sekarang, para penyair berusaha melepaskan diri dari aturan yang ketat itu. Dengan demikian, terjadilah kemudian apa yang disebut sajak bebas

PERISTILAHAN PUISI
Dalam kesusastraan Indonesia ada dua istilah sajak dan puisi.Kedua itu sering dicampuradukkan penggunaannya. Misalnya sajak Chairil Anwar disebut juga puisi Chairil Anwar; sajak Aku disebut juga puisi Aku. Masuknya puisi dari bahasa asing ke dalam sastra Indonesia. Istilah ini berasal dari bahasa Belanda poezia. Dalam bahasa Belanda ada istilah lain gedicht yang berarti sajak, tetapi istilah gedicht tidak diambil ke dalam bahasa Indonesia.

Dalam bahasa Indonesia (Melayu) dahulu hanya dikenal satu istilah sajak yang berarti poize ataupun gedicht. Poize (puisi) adalah jenis sastra (genre) yang berpasangan dengan istilah prosa. Gedicht adalah individu karya sastra, dalam bahasa Indonesia sajak, misalnya sajak Aku. Jadi, dalam bahasa Indonesia hanya ada istilah sajak, baik untuk poize maupun gedicht.

Dalam bahasa Inggris ada istilah poetry sebagai istilah jenis sastra : puisi dan poem sebagai individunya. Oleh karena itu, istilah puisi itu sebaliknya dipergunakan sebagai jenis sastra : poetry, sedangkan sajak untuk individu puisi : poem.

Sebagai contoh kita lihat jajaran sajak dari puisi lama dan puisi baru : Angkatan Pujangga Baru

Contoh Syair :

     Putri menangis/seraya berkata,
     Kakanda, wai,/apa bicara kita,
     Sakit perut/rasanya beta,
     Berdebar lenyap/di dalam cita,

     Masygul baginda/tiada terkira,
     Hilanglah budi/lenyap bicara,
     Berkata dengan/perlahan suara,
     Kalau tuan/hendak berputra,
                                                       (Alisjahbana, 1996, hlm. 49)

Contoh sajak Pujangga Baru
             Bukan Beta Bijak Berperi
             Bukan beta/bijak berperi,
      pandai menggubah/madahan syair,
             Bukan beta/budak negeri,
      musti menurut/undangan mair.

             Sarat saraf/saya mungkiri;
      Untaian rangkaian/seloka lama,
             beta buang/beta singkiri,
      Sebab laguku menurut sukma
                                                        (Effendi, 1953, hlm.28)